Don't be thinking of unnecessary things. Win today's game! Think only about that

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Kaleidoskop 2013



Tak disangka penghujung tahun sudah berada tepat di depan mata. Hari ini tepat 47 tahun lalu ibu gue lahir, dan hari ini pula ibu dari suami sepupu gue meninggal. Dunia memang hanya persinggahan sementara, bukan? Jadi, haruskah kita meninggalkan jejak di dunia?

Awal tahun 2013 dibuka dengan berkunjung ke rumah Nenek di Batusangkar setelah bertahun-tahun gak pernah menginjakkan kaki di sana. Gue terbiasa dengan suasana tenang di rumah daripada berada di keramaian saat orang-orang merayakan momen pergantian tahun. Saat itu pun, gue dan keluarga cuma ngeliat langit dipenuhi warna-warni kembang api beserta suara gemuruh ledakannya. Buat gue, pulang kampong saat itu merupakan waktu yang tepat buat mengumpulkan energi demi hasil ujian yang memuaskan.

Ya. Malam ini timeline twitter ramai. Dimana-mana berekspresi tentang bagaimana mereka melihat tahun 2013. Gue lebih memilih ‘berceloteh’ di sini. Dan.... gue bersyukur. Gue masih hidup, orang tua pun masih bisa mendampingi, gue bisa melanjutkan pendidikan, gue ketemu orang-orang hebat, gue dapat pengalaman luar biasa di kampus, dan masih banyak lagi. Mungkin jodoh kali ya yang belum ketemu (?) hahahahaha.

Ngomong-ngomong, selamat ulang tahun, Ma dan saengil chukkaeyo, Sungminnie~ ^_^


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Oh Jinsku, Oh Celanaku



Malam ini adalah malam terakhir gue di kosan di tahun ini. Enggak, gue gak sedih. Gue malah senang karena bisa ketemu sama keluarga dan kehidupan lama gue. Sumpah, gue masih gak percaya kalo semester 1 perkuliahan udah selesai. Padahal masih segar di ingatan sewaktu ngeliat pengumuman lulus ptn. Suara Bu Tri Mumpuni masih terngiang-ngiang sewaktu beliau bilang “memerdekan anak bangsa yang terjajah.” Yah.... Kadang kita terlalu sibuk sampai gak sadar waktu sudah berlalu....

Oke, kembali ke awal cerita. Kalo liburan udah di depan mata berarti ujian udah selesai dong yaaa. “Terus gimana hasilnya?” Huft. Tolonglah, itu gak usah diungkit-ungkit J Ada beberapa hal yang lebih baik tetap dirahasiakan keberadaannya. Seperti nilai UTS (?) Karena hanya dosen, dia, dan Tuhan yang tahu.

Oh ya, sebenernya malam ini gue harusnya udah selesai packing. Tas sih udah diturunin dari atas lemari, baju-baju juga udah disiapin. Bahkan sepatu udah bersih habis dicuci. Masalahnya.... Celana jins favorit gue hilang T^T Gue nanya kakak-kakak di kosan. Nihil. Gue tanya teh Rini. Nihil juga. Besok kan gue mau pulang dan jinsnya sampai sekarang gak ketemu.... Gue harus apa tanpa celana jins gue yang cuma sedikit?! Emangnya ada yang mau maling celana jins apa huh. Oh jinsku oh celanaku T.T

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

[LYRIC] Sen no Yoru wo Koete

Sen no Yoru wo Koete (As Thousand's Night Pass)

"I want to be loved, but you don't seem to love me"
I wander around as I repeat this to myself
It's the only answer I have; even I'm scared of getting hurt
I'll say "I love you" to the one I love

Do you love me or not?
As for things like that, it’s already fine either way
No matter how badly I wish to be with you
There are many unchangeable things in this world, right?
That's right, and my love for you
Is the truth unchangeable by anyone

I want to overcome thousands of nights and go meet you now
There's something that I must tell you
"I want to be loved, but you don't seem to love me"
I wander around as I repeat this to myself
It's the only answer I have; even I'm scared of getting hurt
I'll say "I love you" to the one I love
It's scary putting my feelings into words
But, I'll say "I love you" to the one I love

In this broad world, I can’t express the joy of encountering you with words 
That's why we can only smile, sing about the vividly passing autumn in do-re-mi
With winter at our backs, and the sunbeams peeking through the trees
And become reborn anew, so that we can protect someone

As I looked to the road I'd travelled and the path ahead, my eyes were filled by cowardice
I want to look you in the eyes, but I'm afraid I wouldn't be honest
I didn't want to know that you didn't love me
And live the rest of my days all alone
That day, I kept on loving you without getting hurt

I want to overcome thousands of nights and go meet you now
There's something that I must tell you
"I want to be loved, but you don't seem to love me"
I wander around as I repeat this to myself
It's the only answer I have; even I'm scared of getting hurt
I'll say "I love you" to the one I love
Even my feelings aren't returned, at least  I can say "I love you" to the one I love....
And that's the most beautiful thing in the world

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Surprise!

Hai *srooot*

Acara pagelaran angklung KPA ITB udah berakhir :') Setelah latihan sampe rela pulang larut malam, besok mungkin sepulang kuliah gue akan bingung sendiri karena rutinitas yang mendadak hilang. Oh ya, ini konser pertama gue~ Dulu, gue gak pernah berpikir untuk ikut unit musik. Tapi ternyata di sini, gue belajar kalau angklung itu berlaku buat siapa aja, baik yang dengan atau pun tanpa background pemusik.

Oke. Kembali ke cerita yang seharusnya. Berhari-hari sebelum pagelaran berlangsung, gue ngajak-ngajak Haura dan Rany buat nonton. Tapi jawaban mereka entah bisa entah enggak, jadi gue menyimpulkan mereka gak akan dateng. Rany dengan alasan balik ke rumah, dan Haura terhalang acara ISO.

Lalu....... Sejam sebelum pagelaran dimulai (gue lagi grasak-grusuk ngapalin partitur), tiba-tiba hape gue bergetar. Ada sms dari Haura yang isinya "Deessttiiii... Jangan mengecewakan gw dan rani yang nonton yaaaaa!!!!"

Kmpret banget lah mereka :')


Konsernya sendiri...... yang saat itu gue pikirkan adalah gue gak akan pernah menyesal daftar waktu itu! Gak akan pernah! Dari mulai momen latihan dengan sedikit orang sampe-sampe nada di lagunya bolong-bolong, hingga tampil di atas panggung bersama :')






Oh ya. Di konser ini juga dua sepatu high heels rusak. Sepatu pertama itu haknya patah karena jatuh dari tangga turun panggung. Pukpuk mila :') Dan insole sepatu kedua copot tiba-tiba 5 menit menjelang naik panggung...... Panik banget gue. Akhirnya gue nekat tampil dengan sepatu sebelah yang tanpa insole..... Setengah jam berdiri pake high heels 5 senti sukses ngebuat kaki gue getar-getar. Gue merasa gagal sebagai wanita.

Akhirnya kita pulang jam 11 malem naik angkot Kalapa-Dago carteran. Sekitar 10 menit sebelum pulang, hape gue bergetar tanda panggilan masuk. Dari Haura. Kira-kira percakapan nyaris-tengah-malam antara kita berdua seperti ini:

Gue : Halo, assalamualaikum. Kenapa, Ra?
Haura : Desss! Lo udah balik belom? Gue ke kosan lo ya sekarang! *tersengal-sengal*
Gue : Lah, gue masih di TKP. Baru mau balik. Kenapa emangnya?! *ikutan panik*
Haura : *napasnya memburu* Gak, gue ke kosan lo aja! Kosan lo dimana? Gue pokoknya gamau tidur di kosan!!
Gue : Lo kenapa?! Oke-oke, gue sms arah jalannya sekarang... Emangnya kenapa kosan lo?
Haura : Banyak kecoak Desss!! Gue ke kosan lo aja! *suara kayak mau nangis*

Kecoak....... Saat itu, gue gak punya bayangan betapa kecoak berhasil memaksa Haura hengkang dari kosannya sendiri. Tapi setelah ngedengar penuturan langsung dari korban (maap ya Ra wkwk) kecoak jadi daftar musuh nomor tiga setelah cacing dan semut.

Alhasil, malam itu kita tidur di atas tempat tidur gue dengan ngebagi dua space. Haura di sisi dekat kaki tempat tidur, gue tidur sambil bergelung di dekat kepala tempat tidur

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Intermezzo

Halo *menguap lebar*

Sekarang gue lagi di rumah ortu di Jakarta. Masih menikmati kesempatan untuk bisa berleha-leha barang sejenak sebelum akhirnya menghadapi kehidupan perkuliahan lagi. UTS is coming, bro...

Seminggu sebelum libur, gue stres banget. Mungkin efek kurang tidur... Alhasil, suasana hati naik-turun, dan dampaknya gue jadi gak fokus kuliah dan berubah jadi ngeselin bagi orang-orang di sekitar gue. Liburan Idul Adha jadi momen yang paling gue tunggu. Entah kenapa, gue pengen banget cerita ke ibu gue.

Oh ya. Selama di Bandung gue jadi punya kebiasaan ngemil. Anehnya, tiap kali pergi ke indomaret, gue selalu beli r*ma sari gandum yang cokelat. Enggak pernah yang lain. Selalu itu -_- Gue gak pernah nyangka kalo r*ma sari gandum punya efek nagih....

Dan sekarang, saat gue ngidam banget mau nonton Gravity (Vena udah ngajakin!), gue masih harus pergi buat nyervis hape itu. #@&#R%E^

Ganti hape aja apa ya.....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Syukur

Sekarang aku sadar

Di tengah kesenyapan malam
Kepala tertunduk dalam-dalam
Sesuatu menggeliat di dalam dada
Memaksaku kembali pada aku yang sesungguhnya

Siapa aku?
Apa yang kuinginkan?
Untuk apa aku di sini?

Kala orang terlelap
Bibirku bergerak seraya berucap, “Terima kasih”
Berulang-ulang
Laksana pencerah, perlahan gelisah terhapus

Terima kasih
Sesuatu yang hangat mengalir di pipi
Terima kasih
Dinding hijau tadi kini mengabur
Terima kasih
Bahuku berguncang pelan

Aku terlalu larut dalam euforia
Perasaan semu yang disebut senang

Aku lalai,
lengah,
lupa pada apa yang mestinya kulakukan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Malam Pertama Anak Kos

Halo. Salam sepi.

Udah tiga hari gue berubah jadi anak kosan. Iya. Kalo mau makan, masak nasi sendiri, cari lauk sendiri. Kalo bangun tidur, harus nyetel alarm, atau kalo enggak bisa kebablasan tidur. Dan yang paling parah.... homesick. Parah, baru ditinggal ortu beberapa hari, rasanya gue mau tidur di kamar gue lagi. Gak pernah sekangen ini sama keluarga.

Hari pertama sesampainya di kosan, gue sadar kalo gue gak punya temen seangkatan di kosan. Semuanya kakak tingkat...... Mau gabung, tapi takut. Selama nyuci piring, gue curi-curi pandang ke lantai atas. Sedih banget. Apalagi denger cerita temen-temen yang udah pergi-pergi bareng temen sekosannya.

Malam pertama lebih parah lagi. Kosan gue adanya kamar mandi luar (khusus lantai bawah, dan sialnya gue lantai bawah). Udara malam itu dingin. Alhasil, gue yang kalo gugup suka minum, bolak-balik kamar mandi buat pipis. Mana suasananya sepi banget. Cuma ada suara flush dari toilet dan suara pintu kamar yang bolak-balik dibuka. Miris pisan.

Kakak kosan..... Tolong ajak saya gabung sama kalian.... :')

Salam sepi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Nol koma tujulima

Ini cerita jaman gue masih duduk di bangku smp. Ya, masa-masa anak ababil alias abege labil. Lebih tepatnya saat kelas delapan.

Sedari sd gue udah suka matematika. Bukannya gimana, itu karena gue gak bisa pelajaran yang lain. Ips? Beuh. Dan karena itu, rasa suka itu berlanjut hingga tingkat smp. Suatu ketika, saat di kelas delapan, datanglah guru matematika ini. Sebut saja Mr. D.

Mr. D ini unik sekaligus menyebalkan. Unik karena tiap kali dia lewat, gue selalu samar-samar merasa mencium aroma sampo (tebakan gue sampo Cl**r). Dia juga suka ngitung berapa kali kita menguap -_- Dan menyebalkan karena untuk pertama kalinya gue dipermalukan di depan kelas karena nilai matematika gue yang jelek. (Dikasih tau orang tua nilainya!)

Hari itu, Mr. D mengadakan apa-yang-kita-sebut-sebagai-ulangan-dadakan-tapi-kuis-bagi-dia. Gue benci ulangan dadakan. Apalagi saat itu gue belum paham materinya. Matilah. Untungnya, gue masih punya teman seperjuangan. Kawan-kawanku yang kondisinya sama sepertiku yuhuu.

Kombinasi gak ngerti materi dan ulangan dadakan itu sukses menorehkan angka 4 di atas kertas. Nilai mat gue empat! :' Kalo saat itu gue nengok kanan-kiri (maksudnya, nanya nilai temen), ternyata gak cuma gue yang bernasib sial. Emang rata2 nilai anjlok. #@%&^#%

Alhasil, remedial pun dilaksanakan. Gue lupa kronologisnya hingga saat nilai remedial dbagiin, hati gue mencelos. Nilai anak-anak lain bisa dibilang bagus atau seenggaknya lolos KKM. Nah, gue....

Mr. D : Desti! Nol koma tujuh lima...
Gue : Ha?! *kaget* *maju dengan gontai* *speechless*

Sedih banget. Mending gue dapet nol aja sekalian! Sekalian aja jelek, gak usah nanggung begitu. Alhasil gue murung untuk sisa hari itu.

Sampai sekarang, gue gak bisa nemuin kertas ulangannya. Firasat gue, kertasnya lenyap karena udah gue sobek-sobek....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Expectation vs Reality

Setelah berminggu-minggu hilang dari peradaban, akhirnya gue kembali lagi lalala~ Karena nyokap lagi sakit, gue sebagai anak perempuan tertua mengambil alih peran ibu rumah tangga di rumah. Itu artinya gue yang bersih-bersih rumah dan dan gue juga yang masak. Masak buat sahur dan buat berbuka puasa. Gue merasa berkuasa.

 
Uji coba pertama mengekpansi dapur adalah saat gue dan adek mencoba bikin pudding stroberi. Kita bagi tugas. Adek cari resep di google, gue nyiapin peralatan. Gue turunin mixer yang jarang dipake dari rak. Sip. Adek gue dengan bangga nyerahin resep yang menurutnya paling gampang. Gue mulai menyingsingkan lengan baju. Oke, bahan-bahan ternyata udah lengkap di rumah. Siang-siang,  gue mulai berkutat ngocok telor pake mixer. 


Ekspektasi :











Realita :















Failed! Kayaknya gue ngocoknya terlalu cepet, jadi gak kecampur -_- Teksturnya terlalu padat. Rasanya juga biasa aja. Setelah makan satu potong pas buka puasa, gue gak berkeinginan makan pudding keras itu lagi.


Oh iya. Kemaren sempet bukber bareng Icha Yede Hana Ainy Gita dan dapet kado ini :3 Unyuu. Saya janji akan makan banyak! Love you too much <3

Plus kertas kado gambar peta dunia

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

[REVIEW] Totto-chan : Gadis Cilik di Jendela





Aku mulai membaca novel Totto-chan ketika berada di bangku kelas 9. Seorang guru fisika yang baik dan pintar pernah membawa buku itu, dan saat itu aku hanya sebatas tahu judulnya. Entah ingin menyamakan daftar buku bacaanku dengan sang guru (aku menghormati guru itu sampai sekarang) atau bagaimana, aku mulai menyelami kisah masa kecil Tetsuko Kuroyanagi.

Pepatah don’t judge book by its cover mungkin tak berlaku untuk buku ini. Karena menurutku covernya terlihat menarik, dengan warna putih dan pink yang mendominasi. ‘Covernya cantik sekali,’ pikirku saat melihat tumpukan buku itu di toko buku. Dan karena aku membeli versi hard cover, kondisi fisiknya masih baik dan sekarang masih tersimpan rapi di rak buku meski sudah bertahun-tahun dibeli.

Cerita bermula saat Totto-chan (panggilan akrab Tetsuko) dikeluarkan dari sekolahnya karena para guru menganggap ia sebagai ‘anak nakal’. Cap ‘anak nakal’ bisa melekat pada diri Totto-chan muda saat itu karena anak itu lebih memilih mengobrol dengan pengamen jalanan melalui jendela kelas ketimbang mendengarkan pelajaran dari ibu guru. (Kejadian  ini berakhir dengan semua anak di kelas berkumpul di depan jendela dan mendengarkan para pengamen bernyanyi.) Ia juga terlalu sibuk mengutak-atik meja barunya di kelas, dan pada akhirnya mengacaukan suasana kelas. Atau bicara pada sepasang burung wallet yang tengah membuat sangkar di pohon di luar kelas!

Ia lari ke tempat Mama menunggu sambil berteriak, “Aku ingin jadi penjual karcis!”
Mama tidak kaget. Dia hanya berkata, “Kukira kau ingin jadi mata-mata.”

Beruntung Totto-chan punya ibu yang sangat mengerti keadaan putrinya. Pikirnya, putriku akan menderita tekanan batin kalau tahu ia sudah dikeluarkan dari sekolah. Anak itu tidak tahu kesalahannya! Dengan tegar Mama mulai membawa Totto-chan ke sekolah barunya. Sekolah dengan gerbong kereta sebagai ruang kelas dan kepala sekolah baik hati bernama Sosaku Kobayashi. Tomoe Gakuen.

Keseluruhan cerita perjalanan masa kecil Totto-chan membuat pembacanya tersenyum, geleng-geleng takjub, hingga menangis. Setiap chapternya bercerita setiap aksi Totto-chan dalam kondisi yang berbeda-beda. Gembira, semangat, haru, sedih.

“Totto-chan, kau benar-benar anak baik, kau tahu itu, kan?”

Kuroyanagi menjabarkan cerita yang ditulisnya dengan perspektif anak kecil. Bisa dibilang, wanita itu benaar-benar mengerti tentang anak-anak. Ia mengerti jalan pikiran anak yang polos dan berbeda dengan orang dewasa. Asal tahu saja, Kuroyanagi menulis bukunya saat berusia 49 tahun. Berapa banyak orang dewasa saat ini yang masih benar-benar ingat kejadian masa kecil mereka dan mengerti perasaan anak-anak?

Buku ini adalah terjemahan dari novel 窓ぎわのトットちゃん (Madogiwa no Totto-chan). Gaya bahasa novel terjemahan Jepang berbeda dengan buku terjemahan Inggris. Meski awalnya terdengar aneh, semuanya terbayar sudah dengan ceritanya yang manis dan menginspirasi.

Berbagai gagasan kritis terhadap metode pendidikan anak, terutama di Indonesia, berkecamuk di pikiran. Kisah ini mengajarkan pada orang dewasa bahwa anak-anak yang kerap dicap nakal oleh masyarakat sebenarnya hanya butuh ‘ruang’ untuk mengekspolarasi lingkungan sekitarnya. Anak-anak yang sering kali disebut ‘pecicilan’ akan tumbuh menjadi anak yang aktif dan percaya diri apabila mendapat metode pengajaran yang tepat, baik dari keluarga maupun sekolah.

”Bagaimana kalau kau pindah ke sekolah baru ? Mama dengar ada sekolah yang sangat bagus.”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS