Don't be thinking of unnecessary things. Win today's game! Think only about that

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

FanFiction Eyeshield 21: Last Kiss

Hiyaa, this is it! A new fanfiction about Hiruma and Mamori!


Summary : Hiruma Youichi berangkat menuju Amerika Serikat untuk menjadi pemain NFL. Setelah setahun Mamori, kekasihnya, tak menerima satu pun kabar darinya.

Disclaimer : I don't own Eyeshield 21. It's Inagaki-san and Murata-san's.

Pairing : HiruMamo (futurefic)

Genre : Romance, Hurt/Comfort

A/N : Ini fanfiction pertama saya. Dan karena saya masih belajar, jadi saya putuskan untuk mempublishkan ini di blog dulu. Lirik lagu diambil dari lagu Last Kiss milik Taylor Swift ^^ RnR!

Italic means flashback.


Last Kiss

I do recall now the smell of the rain
Fresh on the pavement, I ran off the plane
That July 9th the beat of your heart
It jumps through your shirt, I can still feel your arms


"Nah, kau akan baik-baik di sana kan?" Mamori memulai percakapan dengan Hiruma saat mereka berada di dalam mobil menuju Bandara Narita. "Tch!" gerutu Hiruma, memutar matanya. Mamori mendesah, tidak senang dengan jawaban Hiruma. Mereka berdua terdiam. Mamori tenggelam dalam pikirannya sendiri hingga Hiruma bergumam, "Tak perlu cemas..." Mamori menoleh ke arahnya, bingung. Namun seulas senyum tersungging di bibirnya saat ia menyadari maksud Hiruma.



Sinar lembut matahari menembus tirai berwarna peach, membangunkan Mamori yang tengah tertidur. Perlahan matanya terbuka, memperlihatkan bola mata biru miliknya. Ia bangkit dan terduduk di tepi tempat tidur, teringat kejadian bertahun-tahun lalu. Tak ingin harinya dirusak oleh kenangan lama menyebalkan, ia pun beranjak menuju kamar mandi. Mandi, berpakaian, sarapan, lalu berangkat menuju sekolah tempatnya mengajar. Seburuk apa pun harinya, senyum ceria anak-anak selalu berhasil membuat hatinya terasa hangat. Karena itu setelah ia lulus dari Saikyoudai, ia memutuskan untuk menjadi tenaga pengajar di sebuah Taman Kanak-Kanak.

Ia beranjak keluar dari apartemen, bersiap menghadapi hari. Matahari bersinar cerah dan langit tampak biru, membuat Mamori lebih memilih berjalan sebentar sebelum menaiki bus menuju tempat tujuan. Pikirannya kembali melayang pada mimpi tadi malam.

Flashback

Pesawat penerbangan Hiruma baru akan lepas-landas pukul 20.05 waktu Jepang, tetapi mereka sudah tiba di bandara 2 jam sebelumnya. Mereka memutuskan untuk makan malam di salah satu kafetaria sambil menunggu waktu penerbangan tiba.

Mamori dan Hiruma menuju meja makan di pinggir, tak ingin keramaian mengganggu makan malam bersama mereka yang terakhir. Pelayan menghampiri dan mereka pun langsung memesan makanan masing-masing. Mereka kembali terdiam, tak yakin dengan apa yang ingin dibicarakan hingga Mamori mengangkat pembicaraan. “Ini makan malam bersama kita yang terakhir, ne, Hiruma-kun?”

Hiruma menatapnya, ekspresinya tak terbaca. Ia tak perlu repot-repot menjawab karena apa yang Mamori lontarkan adalah pernyataan, bukan pertanyaan. Mereka telah berhubungan selama 3 tahun sejak tahun-tahun terakhir mereka bersama di Saikyoudai. Tak seperti kebanyakan pasangan lain di Jepang, mereka lebih memilih tinggal terpisah di apartemen masing-masing. Baru beberapa bulan lalu, Hiruma menerima kabar bahwa ia telah ditawari berlatih American Football di Amerika dan ada kemungkinan Hiruma bisa bermain di tim football Amerika. Setelah bertukar pikiran dengan Mamori, Hiruma memutuskan mengambil kesempatan kecil itu. Mamori, sebagai kekasihnya, tentu saja mendukungnya dan menyingkirkan pikiran buruk jauh-jauh.

Setelah selesai makan malam mereka berjalan-jalan tak tentu arah, menikmati waktu waktu yang mereka miliki berdua. Jemari mereka bertautan dan ayunan langkah mereka seirama. Terkadang sang wanita berkata sesuatu dan si pria hanya memutar mata, membuat wanita tersebut tergelak. Atau terkadang sang pria berkata sesuatu yang membuat si wanita menggembungkan pipinya kesal, membuat sang pria terkekeh.


I still remember the look on your face
Been through the darkness at 1:58
The words that you whispered for just us to know
You told me you loved me so why did you go away, go away



Ohayou, minna-san!” Mamori memulai kegiatan di kelasnya dengan sapaan hangat. Anak laki-laki dan perempuan yang tengah berbincang dengan teman mereka bergegas duduk di kursi masing-masing. “Ohayou, Sensei!” jawab mereka kompak.

Anezaki Mamori, dengan sifatnya yang keibuan dan penuh kasih sayang, berhasil menjasikan kelasnya tak hanya sebagai ruang belajar tapi juga seperti ruang keluarga. Ia mengerti berhadapan dengan dengan anak kecil dan anak kecil menyukainya. Tiap kali ada anak di kelasnya yang hari itu tengah berulang tahun, ia akan mengadakan perayaan kecil dengan creampuff dan membuat anak-anak lain menyanyikan lagu ulang tahun.

Dan karena itu, anak-anak pun menghargai Anezaki-sensei. Mereka bahkan pernah membeli creampuff kesukaannya dan menyanyikan lagu ulang tahun untuknya, persis dengan apa yang ia biasa lakukan saat merayakan ulang tahun mereka. Mamori menangis terharu saat itu.

Mereka tengah menggambar dan Mamori sedang berkeliling untuk melihat-lihat ketika seorang anak laki-laki bertanya dengan polos padanya, “Sensei, tadi pagi berita di televisi bilang kalau ada pemain NFL keturunan Jepang bernama Hiruma Youichi yang sedang berkunjung ke Jepang. NFL itu apa sih, Sensei?” Mamori sontak terkejut, bukan karena pertanyaan anak tersebut namun berita yang ia baru saja beri tahu. 'Youichi...' katanya dalam hati. Ia terdiam sejenak, terbersit kesedihan di matanya yang dengan cepat menghilang. Ia lalu menoleh pada si anak laki-laki, tersenyum, dan mulai bercerita.


Tak ada suara. Mata biru besar milik seorang wanita muda menatap lurus-lurus sang pria. Hingga saat Mamori membuka mulut hendak akan berbicara, Hiruma menunduk dan menciumnya. Ia memejamkan mata dan membalas ciumannya. Sesuatu bergejolak di dasar perutnya. Hiruma berusaha memasukkan banyak hal dalam ciuman itu; kehangatan, janji, dan harapan. Entah mengapa Mamori merasakan air mata mengalir di pipinya. Entah berapa lama mereka seperti itu, kemudian Hiruma menarik diri, tangannya masih melingkar di pinggang gadis itu. Saat dilihatnya wajah Mamori, tanpa sadar tangannya mengusap pelan pipinya dan menghapus air mata yang mengalir.

Hiruma melepaskan diri, mengambil koper, dan berjalan menuju gerbang terminal bandara. Mamori ingin mengatakan sesuatu padanya, namun tak ada satu pun suara yang keluar dari bibirnya.


Never thought we'd have a last kiss
Never imagined we'd end like this
Your name, forever the name on my lips


Anak-anak bertepuk tangan dengan riuh saat Mamori selesai bercerita tentang pertandingan Deimon melawan Teikoku saat Chrismast Bowl bertahun-tahun silam. Mamori hanya dapat tertawa melihat reaksi mereka. Bahkan ada seorang anak laki-laki pendiam berkata dengan penuh semangat padanya, 'Waktu aku sudah besar nanti, aku mau main amefuto juga!'

Segera setelah kelas usai, ia berusaha menghubungi Musashi. Sambil menunggu teleponnya diangkat, Mamori tak tahan untuk tak tersenyum meskipun hatinya masih terasa agak sakit. Hiruma Youichi, mantan kekasihnya yang sudah lama ia tidak temui, kembali ke Jepang.

Mereka putus hubungan tepat setahun setelah Hiruma pergi ke Amerika. Entah karena alasan apa, Hiruma berhenti memberi kabar padanya. Tak ada telepon atau pun e-mail. Ia cemas dan takut, tentu saja. Apakah Hiruma baik-baik saja? Apakah ia terluka serius hingga tak bisa memberi kabar padanya? Kalau pun begitu, pasti Sena dan Suzuna yang juga berada di Amerika pasti akan memberitahunya!

Mamori berusaha keras menghubungi Hiruma; menelepon dan mengiriminya e-mail. Namun tak ada satu pun balasan. Seolah ia menghilang begitu saja. Lenyap.


So I'll watch your life in pictures like I used to watch you sleep
And I'll feel you forget me like I use to feel you breath
And I'll keep up with our old friends just to ask them how you are
Hope it's nice where you are


Hari itu sedang libur nasional jadi Mamori mengunjungi Kurita, berharap ia bisa menemukan cara untuk menghubungi Hiruma. Sudah 1 bulan sejak ia berhenti mengirim kabar. Mamori tak dapat tidur nyenyak karenanya.

Kurita! Ohayou!” panggil Mamori ketika ia tiba di depan kediaman Kurita. Kurita masih tinggal di tempat yang sama seperti saat mereka bersekolah; bangunan mirip kuil yang luas.

Ah! Mamori-chan, ohayou!” jawab Kurita sambil tersenyum lebar. Ia kemudian mempersilakan masuk dan menyuguhi teh. Mamori menyesap tehnya perlahan, kemudian berkata, “Bagaimana kabarmu? Masih di Deimon?” Kurita telah menjadi guru olahraga SMU Deimon beberapa tahun belakangan ini.

Ah, masih... Kau sendiri bagaimana? Bagaimana kabar Hiruma?”

Mamori terdiam lalu membalas, “Aku masih mengajar...” Mereka terdiam beberapa saat. “Kurita-kun, apa kau tahu kabar Hiruma?” kata Mamori tiba-tiba.

Hiruma? Yah, yang kutahu Hiruma sudah berhasil masuk NFL, New York Giants...” jawab Kurita bingung.

Ah, begitu...” katanya pelan. 'Jadi ia baik-baik saja bahkan sudah berhasil masuk NFL,' pikirnya. Ia senang dan bangga akan prestasi kekasihnya. Orang Jepang masuk NFL dan bermain sebagai quarterback bukan perkara mudah! Namun di sisi lain, ia sedih, marah, dan kecewa. Bagaimana pun, Hiruma memberi tahu Kurita tapi tak memberitahunya sepatah kata pun.

Kurita memperhatikan Mamori dengan seksama. “Mamori-chan, apa semua baik-baik saja? Kau tahu... Kau dengan Hiruma?” tanya Kurita dengan hati-hati.

Mamori tersentak dari lamunannya, menoleh ke arah Kurita. “Entahlah...” Ia menunduk dan menatap lantai. Ia sendiri tak yakin dengan hubungan mereka saat ini. Ia terus bertanya-tanya kenapa Hiruma bertingkah seperti ini –ini tak seperti Hiruma yang ia kenal!

Kurita-kun, entah kenapa sudah sebulan Hiruma tak pernah menghubungiku lagi... Pada awalnya kupikir ia mungkin saja terluka, tapi ternyata tidak...” Ia mulai menceritakan semua pada Kurita. Kurita mengangguk diam, mendengarkan cerita Mamori dengan penuh perhatian. Setelah Mamori selesai bercerita, Kurita menghela napas. Ia mengambil ponselnya dan memberikan nomor ponsel Hiruma yang Mamori tak dapat kenali. Mamori berterima kasih dan pulang.


Tuut... Tuuut... 'Ada apa dengan Musashi? Biasanya ia selalu mengangkat telepon dariku,' pikirnya. Sudah lebih dari sepuluh kali ia mencoba menghubungi mantan kicker Deimon itu, namun tak ada hasilnya. 'Ah, lupakan saja!' Dengan gundah ia merapikan barang-barangnya, bersiap pulang ke rumah.

Setibanya di apartemen miliknya, ia bergegas menyalakan televisi. Rupanya kedatangan seorang atlet NFL asal Jepang menjadi berita hangat hari ini. Hingga malam hari pun, siaran berita di televisi masih menayangkan ulang kedatangan Hiruma. Mamori menyaksikan saat Hiruma Youichi, quarterback New York Giants, berjalan keluar bandara melintasi para wartawan yang mengerubunginya. Mamori sadar, itu tempat yang sama ketika Hiruma berangkat ke Amerika 4 tahun lalu—tempat terakhir mereka bertemu. Ia bertanya-tanya apa yang tengah dipikirkan Hiruma saat itu. Apakah ia memikirkannya? Namun dengan cepat pikiran itu ia singkirkan jauh-jauh.

Mamori memperhatikannya dengan seksama. Wajah Hiruma tak kelihatan dengan jelas, namun ia masih bisa mengenalinya. Caranya berjalan dengan tangan di saku celana, dan ia masih mengunyah permen karet! 'Iya, itu Youichi... Dia di sini, di Jepang...” ucapnya dalam hati. Mamori tergelak pelan, ia tak sadar sesuatu turun dari matanya dan membasahi pipinya.

“Eh, kenapa aku menangis?” gumamnya, punggung tangannya menghapus air mata dengan kasar. Namun ada sesuatu yang meremas hatinya, membuat hatinya terasa sakit. Tidak, tidak boleh! Ia tidak boleh menangis! Berulang kali ia mengatakan hal itu pada dirinya sendiri. Namun, untuk hari ini ia mengalah pada air mata. Ia terisak pelan, samar-samar mendengar suara wartawan berusaha bertanya pada sang quarterback.


But now I'll go sit on the floor wearing your clothes
All that I know is I don't know
How to be something you miss

Never thought we'd have a last kiss
Never imagined we'd end like this
Your name, forever the name on my lips


Entah berapa lama Mamori menangis, ia tak sadar. Diliriknya jam dinding, menunjukkan pukul 18.46. Ia membersitkan hidung dan membasuh wajah dengan air. Ia butuh makan, tapi saat ini ia sedang tidak ingin makan di apartemennya yang sepi. Ia tak ingin teringat bagaimana Hiruma telah menelantarkannya. Ia tak ingin kembali teringat pada hal yang membuat nafsu makannya hilang.

Jadi Mamori segera mandi dan berpakaian. Rambut auburn miliknya yang agak panjang dibiarkan tergerai, lalu ia memulas sedikit bedak dan lipbalm berwarna merah muda hanya agar tak kelihatan terlalu pucat. Ia kemudian menatap cermin di hadapannya dan berkata pelan pada bayangannya di cermin, “Tidak ada alasan buat Anezaki Mamori untuk bersedih hanya karena seorang laki-laki...” Ia memejamkan mata seolah sedang berusaha menguatkan diri, menghirup napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan, lalu beranjak pergi menuju restoran.

Angin dingin musim gugur menerpa wajahnya, membuat ujung hidung dan pipinya memerah. Sambil merapatkan mantel dan skarf rapat-rapat, ia mulai memperhatikan sekeliling. Kota Tokyo di malam hari memang menakjubkan; lampu berwarna-warni menerangi sebagian besar tempat-tempat hiburan. Ia mempercepat langkah dan berhenti di penyeberangan jalan yang ramai. Dan ketika ia menunggu lampu penyeberangan berubah hijau, ia melihat seseorang yang tak ia sangka dapat temui setelah sekian lama terpisah. Seseorang yang ia tunggu kehadirannya selama bertahun-tahun. Seseorang yan baru saja datang mengunjungi Jepang. Seseorang yang kini menatapnya lurus-lurus dengan mata hijau emerald miliknya dari seberang jalan. Seseorang bernama Hiruma Youichi.

Mata Mamori membesar dan detak jantungnya bertambah cepat. Tangannyaterkepal erat dalam saku mantel, bibirnya bergetar, dan matanya kembali memanas. Emosi yang sudah ia atur tadi kembali meracau.

Ia marah.

Ia kecewa.

Ia senang.

Ia sedih.

Lampu penyeberangan sudah berubah hijau, tetapi Mamori tak dapat menggerakkan tubuhnya. Samar-samar ia bisa mendengar orang-orang berseru padanya, menyuruhnya untuk berjalan maju. Hiruma masih menatapnya—dan sama dengannya, ia juga tak bergerak.

Mamori membuka mulutnya dan berbisik dengan amat pelan, “Youichi...”

Di sisi lain Hiruma juga membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu yang tak dapat didengar olehnya, “Anezaki.”


And I hope the sun shines and it's a beautiful day
And something reminds you, you wish you had stayed
We can plan for a change in weather and time
I never planned on you changing your mind


***


Sumpah. Siapa yang buat ini, hah?! Gue jadi malu, kan......

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Unknown mengatakan...

http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/cemilan-lezat-untuk-penderita-tekanan.html
http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/10-negara-ini-paling-banyak-dikunjungi.html
http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/guru-di-indonesia-dalam-angka.html
http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/gunung-agung-meletus-lagi-malam-ini.html

Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
- Skype : Vip_Domino
- WHATSAPP : +62813-2938-6562
- LINE : DOMINO1945.COM
- No Hp : +855-8173-4523

Posting Komentar

Mind to leave your impression about this post?