Malam itu adalah malam pelarian buat gue. Pelarian dari
emosi, pelarian dari pikiran-pikiran negatif yang membuat gue tidak bisa
berpikir jernih, dan terutama pencarian ketenangan di daerah tertinggi di
Bandung (ibu gue sampai salah kaprah kalo gue pergi bersemedi). Berawal dari
ide iseng Windy, lalu gue ikut terseret dalam penjelajahan malam kami. Gue baru
pulang dari kampus jam 9 malam dan pergi lagi dari kosan jam 10.45 malam. Kakak
tingkat di kosan sampai heran ngeliat gue baru nyampe dan pergi lagi....
Berhubung gak ada yang tahu rute menuju Moko, Iqef hadir
sebagai penyelamat. Bersama Windy, Aul, Dewi, Iqef, dan Maul menyusuri jalan
selebar satu mobil terasa agak mendebarkan tapi menyenangkan. Sekitar pukul 12
malam, mobil sedan Aul menembus jalan kecil nan berliku menuju Moko (sebelumnya
kita menyempatkan mampir di Indomaret).
Selagi mobil menyusuri jalan menanjak, mata gue yang sudah
beberapa watt dimanjakan pemandangan malam hari kota Bandung dari ketinggian.
Beberapa kali kami berseru ke Aul, “Jangan nengok, Ul! Tahan!” Tapi kejadian terjadi sewaktu belokan dan
tanjakan curam pertama. Sedan Aul gak kuat nanjak dan mobilnya terancam mundur
di tanjakan..... Apalagi ada Dewi dan Maul yang bikin panik.....
Setelah tiba di Bukit Moko, udara dingin menerpa. Maul
bilang suhu udara saat itu berkisar 15 derajat Celcius. Saat ditanya “Tau dari
mana?”, Maul dengan santai berkata “Kaskus.” Gue cuma merapatkan jaket.
Selagi menunggu sunrise
tiba yang mana sekitar 6 jam lagi, gue berusaha melawan dingin. Entah dengan
jalan-jalan, foto-foto, nyanyi-nyanyi, sampai cerita kontroversial Iqef dan Aul
(yang kebenerannya baru terungkap 4 hari kemudian dan emang guenya yang terlalu
bodor sih -__- ). Gue juga mencari-cari keberadaan flyover Pasupati di antara gemerlap kota Bandung. Obrolan cewek tentang friendzone juga sampai dikupas tuntas.
Corn chips, cheese crackers, dan botol air mineral juga ludes dilahap. Saung di
warung setempat menjadi sasaran tempat bergelung sambil menahan kantuk dan
dingin. Begitu dingin udara sampai kaki-tanpa-kaus-kaki Maul dimasukkan ke tas
Iqef demi mendapatkan kehangatan lol!
Ketika sunrise yang dinanti tiba, pemandangan inilah yang hadir
di hadapan kami. Subhanallah....
Kalau ada pepatah "Tak ada rotan, akar pun jadi", maka kami berpendapat "Tak ada tongsis, tripod pun jadi." Ini emang super aneh. Tripod disulap jadi tongsis....... Ya, ini tripod teman-teman.
Sepulangnya dari Moko, perut gue mules-mules tanda masuk
angin. Yaiyalah, gue gak makan apa-apa dan gak tidur semalam suntuk..... Jadi selagi perjalanan balik ke kampus hampir semua tepar dan ketiduran kecuali Aul (pastinya!) dan Windy.
Produk dari jalan-jalan kali ini adalah grup siblingszone yang entah kenapa tiba-tiba muncul di invitation Line group besoknya. Istilah siblingzone juga sebenarnya akal-akalan setelah mendengar "kisah" Aul dan Iqef. Bodor pisan.
Makasih kawan-kawan! Sampai jumpa lagi, Moko.
Photos taken by Iqef and Aul